Petra Kota di Dinding Batu
Petra
merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia baru yang terletak di Yordania. Hal
ini dapat mengingatkan kita betapa majunya teknik pembangunan dan peradaban
manusia masa lalu. Disamping bangunan-bangunan megah lainnya didunia (ex : Giza
pyramida, Taman gantung, Pyramida mexico dll) yang masuk dalam bangunan megah
bersejarah. Kemegahan bangunan Petra, karena kota ini didirikan dengan memahat
dinding-dinding batu. Petra berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'batu'.
Petra merupakan simbol teknik dan perlindungan. Kata yang diambil pada bangunan
kotanaya yang terbuat dari batu-batu di Wadi Araba, sebuah lembah bercadas di
Yordania, indahnya kota ini karena didirkan dengan menggali dan mengukir cadas
setinggi 40 meter.
Petra
merupakan ibukota kerajaan Nabatean. Didirikan pada 9 SM-40 M oleh Raja Aretas
IV sebagai kota yang sulit untuk ditembus musuh dan aman dari bencana alam
seperti badai pasir. Hebat bukan???
Suku Nabatean
membangun Petra dengan sistem pengairan yang luar biasa rumit. Terdapat
terowongan air dan bilik air yang menyalurkan air bersih ke kota, sehingga
mencegah banjir mendadak. Mereka juga memiliki teknologi hidrolik untuk
mengangkat air.
Didalam
bangunan petra Terdapat juga sebuah teater (gedung pertemuan/pertunjukan) yang
mampu menampung 4.000 orang. Kini, Istana Makam Hellenistis yang memiliki
tinggi 42 meter masih berdiri impresif di sana.
Kotanya Suku
Nabatean
Pernah saya
singgung diatas kalo bangunan ini adalah kota bagi suku Nabatian, sebuah kota
yang terletak kurang lebih 3-5 jam perjalanan darat dari kota amman, Yordania,
dulu merupakan Ibukota suku Nabatean, salah satu rumpun bangsa Arab yang hidup
sebelum masuknya bangsa Romawi. Sebenarnya, asal usul suku Nabatean tak
diketahui pasti. Mereka dikenal sebagai suku pengembara yang berkelana ke
berbagai penjuru dengan kawanan unta dan domba..
Sama halnya
dengan kebanyakan keyakinan masyarakat masa itu, Masyarakat petra pada mulanya
adalah penyembah berhala. Dewa utama mereka adalah Dushara, yang disembah dalam
bentuk batu berwarna hitam dan berbentuk tak beraturan. Dushara disembah
berdampingan dengan Allat, dewi arab kuno.
Masyarkat
petra sangat mahir dalam membuat tangki air bawah tanah untuk mengumpulkan air
bersih yang bisa digunakan saat mereka bepergian jauh. Sehingga, di mana pun
mereka berada, mereka bisa membuat galian untuk saluran air guna memenuhi
kebutuhan mereka akan air bersih.
Di akhir abad
ke-4 Sebelum Masehi, berkembangnya dunia perdagangan membuat suku Nabatean
memberanikan diri mulai ikut dalam perdaganan dunia. Rute perdagangan dunia
mulai tumbuh subur di bagian selatan Yordania dan selatan Laut Mati. Mereka
lalu memanfaatkan posisi tempat tinggal mereka yang strategis itu sebagai salah
satu rute perdagangan dunia.
Suku Nabatean
akhirnya bisa menjadi para saudagar yang sukses, dengan berdagang dupa,
rempah-rempah, dan gading yang antara lain berasal dari Arab bagian selatan dan
India timur.
Letak yang
strategis untuk mengembangkan usaha dan hidup, serta aman untuk melindungi diri
dari orang asing itulah alasan suku Nabatean memutuskan untuk menetap di
wilayah batu karang Petra.
Lebih maju
dengan peradaban ini yaitu adanya pungutan bea dan cukai yang berguna untuk
mempertahankan kemakmuran yang telah diraih, mereka memungut bea cukai dan
pajak kepada para pedagang setempat atau dari luar yang masuk ke sana. Suku
Nabatean akhirnya berhasil membuat kota internasional yang unik dan tak biasa.
Pada awalnya
Petra dibangun untuk tujuan pertahanan. Namun belakangan, kota ini dipadati
puluhan ribu warga sehingga berkembang menjadi kota perdagangan karena terletak
di jalur distribusi barang antara eropa dan timur tengah.
Pada tahun 106
M, Romawi mencaplok Petra, sehingga peran jalur perdagangannya melemah. Sekitar
tahun 700 M, sistem hidrolik dan beberapa bangunan utamanya hancur menjadi
puing. Petra pun perlahan menghilang dari atlas bumi saat itu dan tinggal
legenda.
Barulah pada
tahun 1812, petualang Swiss, Johann Burckhardt memasuki kota itu dengan
menyamar sebagai seorang muslim. Legenda Petra pun meruak kembali di zaman
modern, dikenang sebagai simbol teknik dan pertahanan.
Salah satu
sudut ruangan di Petra
Petra di
Yordania, adalah situs purbakala. Petra dikelilingi gunung. Di sini ada gunung
setinggi 1.350 meter dari permukaan laut. Inilah kawasan tertinggi di areal ini
yang disebut Gunung Harun (Jabal Harun) atau Gunung Hor atau El-Barra.
Gunung Harun
paling sering dikunjungi orang. Para pengunjung percaya, di puncak Jabal Harun
inilah, Nabi Harun meninggal dan dimakamkan oleh Nabi musa (Moshes)
Sekelumit
sejarahnya
Di abad ke-14
Masehi, sebuah masjid dibangun di sini dengan Kubah berwarna putih yang terlihat
dari berbagai area di sekitar Petra. Harun tiba di wilayah Yordania sekarang
ketika mendampingi Nabi Musa membawa umatnya keluar dari Mesir dari kejaran
Raja Firaun.
Di abad ke-1
Sebelum Masehi, Kerajaan Nabataea yang kaya dan kuat, menjangkau wilayah Damaskus
di utara dan Laut Mati di selatan. Saat itu, Petra telah didiami sekitar 30
ribu penduduk. Di masa itulah dibangun kuil agung.
Tahun 100-an
Masehi, Romawi pernah menguasai wilayah ini. Arsitektur di Petra pun
terpengaruhi arsitektur Romawi. Pada 600 Masehi di Petra dibangun gereja. Abad
ke-7 Masehi, Islam hadir, dan pada abad ke-14, makam Nabi Harun di Jabal Harun
menjadi tempat keramat dari umat Islam, selain kaum Yahudi dan Kristiani. Konon
Saat berusia 10 tahun, Nabi Muhammad pernah berkunjung ke gunung ini bersama
pamannya. Setelah salib war (perang salib) di abad ke-12, Petra sempat menjadi
'kota yang hilang' selama lebih dari 500 tahun (lost city). Hanya penduduk
lokal ( Badui) di wilayah Arab yang mengenalnya.
-Betamedia-
Dari berbagai
sumber
http://betamedialink.blogspot.com/2008/01/petra-kota-di-dinding-batu.html
Komentar
Posting Komentar